Oleh: Rusdiono Mukri*        
                     Al-Haitham        
Di bidang eksakta, termasuk di bidang fisika, para ilmuwan Muslim  telah memberikan kontribusi luar biasa untuk kehidupan umat manusia.  Karya-karya mereka, khususnya fisikawan Muslim di zaman keemasan (golden  ages) Islam, banyak memberi inspirasi dan mewarnai karya para ilmuwan  Barat. Sebut saja misalnya Al-Haitham. Karya fisikawan Muslim yang hidup  pada tahun 965-1039 Masehi ini memberi inspirasi pada Roger Bacon,  Johann Kepler, Leonardo da Vinci, dan lain-lain.
Berikut beberapa fisikawan Muslim yang berjasa dalam menyemarakkan peradaban dunia dengan karya-karyanya:
Al-Haitham
Fisikawan ternama ini bernama lengkap Abu Ali Al-Hasan Ibn Al-Hasan  (atau al-Husain) Ibn Al-Haitham. Ia lahir tahun 965 di Basrah (Irak).  Namun namanya mulai masyhur di Mesir, saat pemerintahan Islam dipimpin  oleh Khalifah Al-Hakim (996-1020). Fisikawan Muslim terbesar dan salah  satu pakar optik terbesar sepanjang masa, itu wafat di Kairo sekitar  tahun 1039.
Sepanjang hidupnya, Al-Haitham telah menulis sekitar 70 kitab. Salah  satu kitabnya, Al-Manazir, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin  dengan tajuk Opticae Thesaurus. Dalam kitabnya Al-Haitham mengatakan,  proses melihat adalah jatuhnya cahaya ke mata. Bukan karena sorot mata  sebagaimana diyakini orang sejak zaman Aristoteles.  Dalam kitab itu ia  juga menjelaskan berbagai cara untuk membuat teropong dan kamera  sederhana (kamera obscura).
Kitab tentang optika ini telah menginspirasi para ilmuwan Barat  seperti Roger Bacon dan Johann Kepler. Tak heran jika Al-Hazen, demikian  Barat menyebut nama Al-Haitham, mendapat gelar ”Bapak Optika Modern”.
Al-Haitham juga dinilai telah memberikan sumbangan besar bagi  kemajuan metode penelitian. Ia telah memulai suatu tradisi metode ilmiah  untuk menguji sebuah hipotesis, 600 tahun mendahului Rene Descartes  yang dianggap Bapak Metode Ilmiah Eropa di zaman Rennaisance. Metode  ilmiah Al-Haitham diawali dari pengamatan empiris, perumusan masalah,  formulasi hipotesis, uji hipotesis dengan melakukan penelitian, analisis  hasil penelitian, interpretasi data dan formulasi kesimpulan, serta  diakhiri dengan publikasi.
Selain fisikawan, Al-Haitham juga dikenal sebagai astronom dan  matematikawan. Ia telah menulis komentar tentang Aristoteles dan Galen.
Ibnu Bajjah
Namanya Abu-Bakr Muhammad Ibnu Yahya Ibnu Al-Sayigh. Tapi ia biasa  dipanggil Ibnu Bajjah yang berarti "anak emas". Ibnu Bajjah lahir di  Saragoza, Spanyol, pada tahun 1082 dan wafat pada 1138 M. Ia  mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan di zaman kekuasaan Dinasti  Murabbitun. ''Avempace'' --sebutan Barat untuk Ibnu Bajjah--antara lain  mengembangkan ilmu fisika, matematika, astronomi, musik, ilmu  kedokteran, psikologi, sastra, dan filsafat.
Sebagaimana Al-Haitham, karya Ibnu Bajjah dalam bidang fisika banyak  mempengaruhi fisikawan Barat abad pertengahan seperti Galileo Galilei.  Ibnu Bajjah menjelaskan tentang hukum gerakan. Menurutnya, kecepatan  sama dengan gaya gerak dikurangi resistensi materi. Prinsip-prinsip yang  dikemukakannya ini menjadi dasar bagi pengembangan ilmu mekanika  modern. Karena itu tidak mengherankan jika hukum kecepatan yang  dikemukakan Galilei sangat mirip dengan yang dipaparkan Ibnu Bajjah.  Karya-karya Ibnu Bajjah mengenai analisis gerakan juga sangat  mempengaruhi pemikiran Thomas Aquinas.
Al-Farisi
Kamal al-Din Abu'l-Hasan Muhammad Al-Farisi lahir di Tabriz, Persia  (sekarang Iran) pada tahun 1267 dan wafat pada  1319 M.  Al-Farisi  terkenal dengan kontribusinya tentang optik. Dalam bidang optik, ia  berhasil merevisi teori pembiasan cahaya yang dicetuskan para ahli  fisika sebelumnya. Al-Farisi membedah dan merevisi teori pembiasan  cahaya yang telah ditulis oleh Al-Haitham. Hasil revisi itu ia tulis  dalam kitab Tanqih al-Manazir (Revisi tentang Optik).
Menurut Al-Farisi, tidak semua teori optik yang dikemukakan  Al-Haitham benar. Karena itulah ia berusaha memperbaiki kelemahan dan  menyempurnakan teori Al-Haitham. Tak cuma itu, teori Al-Haitham soal  pelangi juga ia perbaiki. Bahkan Al-Farisi mampu menggabungkan teori  Al-Haitham ini dengan teori pelangi dari Ibnu Sina.
Al-Farisi mampu menjelaskan fenomena alam ini dengan menggunakan matematika. Inilah salah satu karya fenomenalnya.
Taqi al-Din
Selain dikenal sebagai pakar fisika, Taqi al-Din Muhammad ibnu Ma'ruf  al-Shami al-Asadi (1526-1585 M) adalah pakar matematika, pakar botani,  astronom, astrolog, dan ahli teknik. Taqi al-Din juga teolog, filsuf,  ahli hewan, ahli obat-obatan, hakim, guru, dan imam masjid. Sebagai ahli  teknik, ia misalnya membuat jam dinding dan jam tangan.
Taqi al-Din menulis sekitar 90 kitab. Salah satunya bertajuk Al-Turuq  al-Samiyya fi al-Alat al-Ruhaniyya. Kitab yang ditulis pada 1551 ini  menjelaskan kerja mesin dan turbin uap air. Karya ini mendahului  penemuan Giovanni Branca (1629) tentang mesin uap air. Kitab-kitab  lainnya antara lain menerangkan tentang optik, matematika, mekanika,  astronomi, dan astrologi.
Al-Khazini
Abdurrahman al-Khazini hidup pada abad ke-12 M. Ia adalah ilmuwan  yang menemukan berbagai teori penting dalam sains. Temuan ilmuwan  kelahiran Bizantium ini antara lain: metode ilmiah eksperimental dalam  mekanik; perbedaan daya, masa dan berat; jarak gravitasi; serta energi  potensial gravitasi.
Sumbangan penting Al-Khazini dalam bidang fisika terangkum dalam  kitab Mizan al-Hikmah yang ditulisnya pada tahun 1121. Dalam buku ini ia  menjelaskan tentang teori keseimbangan hidrostatika.Teori ini telah  mendorong penciptaan peralatan ilmiah. Tak mengherankan jika Robert E.  Hall dalam tulisan bertajuk ''Al-Khazini'' yang dimuat dalam A  Dictionary of Scientific Biography Volume VII (1973) menyebutkan,  ”Al-Khazini adalah salah seorang saintis terbesar sepanjang masa.''  Sedangkan editor  Dictionary of Scientific Bibliography, Charles C.  Jilispe, menjuluki Al-Khazini sebagai ''Fisikawan terbesar sepanjang  sejarah.”
Dalam bukunya, Al-Khazini menerangkan prinsip keseimbangan  hidrostatika dengan tingkat ketelitian obyek sampai ukuran mikrogram  (10?6 gr). Tingkat ketelitian seperti ini, menurut K. Ajram dalam The  Miracle of Islamic Science, baru dapat tercapai pada abad ke-20 M.
Al-Khazini juga menjelaskan definisi ''berat''. Menurutnya, berat  merupakan gaya yang inheren dalam benda-benda padat yang menyebabkan  mereka bergerak dalam satu garis lurus terhadap pusat bumi (gravitasi)  dan terhadap pusat benda itu sendiri.  Besaran gaya ini tergantung dari  kerapatan benda.  
Ia juga menerangkan pengaruh suhu (temperatur) terhadap kerapatan  benda. Hal ini ia lakukan sebelum Roger Bacon menemukan dan membuktikan  suatu hipotesis tentang kerapatan air saat ia berada dekat pusat bumi.
Sebagaimana para ilmuwan Muslim lainnya yang hidup di era keemasan  Islam, Al-Khazini merupakan ilmuwan multidisiplin. Selain pakar fisika,  ia juga ahli di bidang biologi, kimia, matematika, astronomi, dan  filsafat.  
Al-Khazini, dan para ilmuwan Muslim lainnya, telah melahirkan ilmu  gravitasi yang kemudian berkembang di Eropa. Al-Khazini juga telah  berjasa meletakkan fondasi bagi pengembangan mekanika klasik di era  Renaisans Eropa. Inilah salah satu bukti betapa para ilmuwan Muslim  telah memberi kontribusi yang luar biasa bagi peradaban dunia.
* Penulis adalah Alumni ESQ Eksekutif Angkatan 35 dan Penulis  buku "Berani Tidak Populer: Mustafa Abubakar Memimpin Aceh Masa  Transisi"
 
 
 



Tidak ada komentar:
Posting Komentar